Perayaan Natal tidak terlepas dari kepercayaan tentang Yesus Kristus, bahkan tanggal 25 Desember telah di tetapkan sebagai Hari Kelahiran Yesus, baik oleh Gereja, Negara, dan mungkin juga kita semua yang saat ini sedang membaca postingan ini. Benar atau tidaknya pernyataan ini, bukanlah sesuatu hal yang pantas di perdebatkan, karena seperti orang Kristen kebanyakan, kita selalu terjebak dengan defenisi tentang iman dalam Alkitab, iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11 :1). Kita lantas memisahkan kepercayaan dengan yang namanya rasionalitas, kasarnya percaya itu tidak butuh bukti, keyakinan itu di hati, bukan di otak atau pikiran, padahal kita lupa, segala sesuatu yang membuat kita percaya, selalu bermula dari pikiran. Orang berhasil meyakinkan orang lain, ketika pikiran bisa di taklukan dengan berbagai argumen yang rasional. Dampak dari menerjemahkan Firman secara sempit ini, justru kita tidak bisa membedakan, mana yang Tuhan mau, dan mana yang menjadi tradisi dari manusia, kita justru menganggap tradisi ini merupakan sesuatu yang sakral yang harus di pelihara. Topik postingan saya kali ini tentang Natal, karena menurut saya Natal telah kehilangan makna, dari makna yang sering tertulis sebagai tema di Gereja, ke bentuk pemuasan kebutuhan manusia, sepertinya saat ini kita sedang memaksa Agama atau Kepercayaan kita mengikuti keinginan hati kita. Sebagian besar orang jaman sekarang lebih fokus kepada yang namanya Tradisi, Natal itu harus ada Pohon Natal, natal itu harus ada santa claus, natal itu harus kumpul bersama keluarga, natal itu harus ada latihan paduan suara, latihan drama, Natal itu rumah saya harus di ganti warna cat temboknya, Natal itu harus ada lagu Natal, biar lagunya tidak ada hubungannya dengan Tuhan, asal ada kata- kata Christmas nya trus penyanyinya berpakaian santa claus, ya itu pasti lagu Natal, Natal itu rumah, dan pakaian saya harus kelihatan paling bagus dari biasanya, Natal itu bagi yang bekerja harus ada penghasilan ekstra, karena harus membiayai semua keinginan dan tradisi yang terus kita pelihara, dan kalau di tanya kenapa begitu? Pasti jawabannya singkat ini Hari Natal, Hari Kelahiran Tuhan saya. Ada dua pertanyaan yang muncul dari fenomena- fenomena yang jujur bikin saya sedikit GEMAS, karena saya adalah manusia yang paling membenci TRADISI, apalagi tradisi yang di jalankan tanpa kita tidak tahu asal- usulnya, dan maksudnya untuk apa ini? Pertanyaan Pertama : dari mana tradisi Natal seperti ini berasal, dan yang kedua : Apa benar Tuhan saya di lahirkan tanggal 25 Desember?
Natal dan Tradisi
Memulai sejarah Natal dalam postingan ini, saya ingin kita membedakan dengan jelas, cerita Natal sesuai dengan Firman Tuhan (Alkitab) dan tradisi yang menyertainya seperti yang kita kenal selama ini. Untuk lebih jelasnya saya akan mencoba membagi atau mengkategorikan dua hal yang menurut saya benar- benar berbeda ini, Esensi Natal menurut Kekristenan adalah kisah kelahiran Yesus yang terpaksa harus tinggal dalam kandang yang hina (karena tidak ada tempat, semua penginapan telah penuh), di baringkan di atas palungan, gembala- gembala di padang yang terbangun, karena langit terbuka saat Malaikat mengabarkan kabar kelahiran tersebut, dan 3 orang majus yang datang ke kandang untuk membawa persembahan berupa mas, kemenyan dan mur, hal ini berbeda dengan tradisi natal seperti santa claus, pohon natal, tukar kado, makanan yang enak, liburan dan reuni keluarga. Selalu ada perbedaan antara tradisi dan makna sesungguhnya yang harus kita yakini. Menurut Peter Salemi dari British Israel Church Of God (BICOG) Tradisi Natal itu sebenarnya bukan sesuatu ritual yang di kenal dalam kekristenan ataupun Gereja, karena tidak tertulis di dalam Alkitab. Pertanyaannya, kalau memang ritual Natal ini tidak di kenal dalam ritual atau tradisi Gereja, kira- kira dari mana tradisi Natal ini berasal? Kekristenan memiliki keterkaitan yang erat dengan bangsa Yahudi. Kisah- kisah Alkitab semuanya mengetengahkan tokoh- tokoh Yahudi, bahkan Yesus sendiri pun lahir dari bangsa Yahudi. Mengetahui budaya yahudi dan budaya bangsa- bangsa lain yang turut berkontribusi dalam pembentukan budaya dan tradisi bangsa yahudi mungkin merupakan cara simpel untuk mencoba mengetahui darimana tradisi- tradisi ini berasal. Sebelumya kita akan coba melihat, bagaimana tradisi- tradisi yang di lakukan oleh masyarakat dalam menyongsong dan memperingati Hari Natal.
Tradisi Natal di Amerika
Di Amerika juga di kenal tradisi- tradisi seperti mendekorasi rumah dan pohon Natal, juga tradisi seperti tukar-menukar kado, berkunjung ke rumah kolega atau sahabat, saat Natal. Natal di peringati tanggal 25 Desember yang sudah di jadikan sebagai Hari Libur Nasional sejak tahun 1870, tetapi sebelum itu liburan telah di mulai sejak akhir bulan Nopember, saat musim dingin. Perayaan Natal di Amerika di rayakan juga bersama hari- hari lain yang di mulai sejak akhir Nopember, seperti Black Friday yaitu hari berbelanja yang di mulai pada minggu ke- empat (hari kamis) di bulan nopember untuk menandai di mulainya musim berbelanja bagi penduduk Amerika. Black Friday biasanya di laksanakan setelah Hari Thanksgiving. Di tahun 2013 konsumen yang berbelanja pada hari black friday berjumlah sekitar 141 juta orang dan menghasilkan sekitar 57,4 Milyar US Dollar. Black Friday pertama kali di kenal di Philladelphia. Urutannya, Setelah Parade Santa Claus, di lanjutkan dengan Hari Thanksgiving, setelah itu baru Black Friday untuk mengawali musim berbelanja menjelang Natal di Amerika.
Tradisi Natal di Jerman
Di Jerman seperti wilayah Eropa lainnya, perayaan Natal di mulai pada tanggal 6 Desember, yaitu hari Santo Nicholas (Saint Nicholas Day). Tradisi seperti memasukan hadiah berupa coklat dan lain sebagainya ke sepatu anak- anak, merupakan tradisi yang selalu di lakukan di Jerman. Santa Claus di Jerman di kenal dengan nama Weihnachtsmann (Christmas Man) yang biasanya datang bersama partnernya Knecht Ruprecht, yang berfungsi sebagai pelayan Christmas Man, dengan peran antagonis, artinya kalau Wiehnachtsmann memberikan kado atau hadiah pada anak- anak, Knecht Ruprecht justru hadir untuk memberikan hukuman kalau anak- anak ini melakukan hal- hal yang salah (mirip Zwarte Piet atau Black Pieter di Belanda). Jerman juga mengenal tradisi tukar- menukar kado yang dikenal dengan istilah Bescherung, yang biasanya di laksanakan saat Christmas Eve (momen sebelum Natal atau sehari sebelum Natal) Tanggal 24 Desember. Tetapi hal ini kemudian di tentang oleh Marthen Luther setelah terjadi Reformasi Gereja. Menurut Marthen Luther Natal adalah hari kelahiran Yesus, sehingga seharusnya yang lebih di tonjolkan adalah kelahiran dari Yesus itu sendiri, bukan lagi Weihnachtsmann sebagai pemberi hadiah. Di jerman juga mengenal tradisi menghias rumah, bahkan cerita tentang asal mula Pohon Natal berasal dari cerita rakyat atau mite yang berkembang di Jerman.
Tradisi Natal di Belanda.
Di Belanda, tradisi Natal di mulai dari tanggal 6 Desember, Hari Ultahnya Sinterklaas, yang menurut ceritanya adalah seorang uskup berdomisili di Spanyol dan akan ke Belanda dengan menggunakan perahu atau kapal bersama pembantunya yang diantaranya adalah Zwarte Piet dengan peran sebagai punisher yang bertugas menghukum anak- anak yang berkelakuan kurang baik. Di Belanda juga di kenal tradisi memasukkan hadiah kedalam sepatu anak- anak, berkumpul bersama keluarga, mendekorasi rumah dan pohon Natal, dengan ritual penyambutan Sinterklaas yang di sertai nyanyian dan suasana yang meriah saat penyambutan Sinterklaas di dermaga oleh mayoritas warga di sana. Belanda juga merayakan Saint Nicholas Eve atau Sinterklaas Eve, yaitu momen sehari sebelum tanggal 6 Desember (tanggal 5 sore) dengan berkumpul bersama keluarga, menikmati makanan yang lezat dan spesial bersama. Perayaan Natal tetap di laksanakan pada tanggal 25 Desember, tetapi di Belanda mengenal adanya second Christmas Day, yaitu ibadah di Gereja pada Natal Hari ke-dua.
Dari ketiga contoh tradisi Natal tersebut, kita bisa melihat beberapa kesamaan, di antaranya, dekorasi rumah dan pohon natal, tukar menukar hadiah, berkumpul bersama keluarga dan suasana kemeriahan yang ada bersama tradisi Natal tersebut.
Natal dan Tradisi Saturnalia
Sudah di sampaikan pada bagian awal postingan ini bahwa, kita harus melihat makna dan kisah Natal seperti yang di tulis dalam Alkitab, sebagai sesuatu hal yang benar- benar berbeda dari tradisi- tradisi yang berlaku saat dilaksanakannya Natal. BBC London dalam salah satu artikelnya "Did Roman Invent Christmas?" bahkan mengaitkan Tradisi dalam Perayaan Natal seperti yang di kenal di berbagai negara Eropa dan Amerika dengan perayaan Saturnalia. Matt Salusbury pun berpendapat demikian, bahwa tradisi yang menyertai hari natal, seperti berbuat baik kepada orang miskin, dengan tindakan menyediakan makanan dan minuman di rumah, tindakan tukar- menukar hadiah, dan mendekorasi rumah serta pohon, semua adalah tradisi yang di kenal dalam perayaan saturnalia. Pelaksanaan Saturnalia di Roma di mulai kira- kira 300 tahun setelah Kebangkitan Yesus, tepat pada masa pemerintahan Kaisar Aurelius pada tahun 274 SM, dengan ritual pagannya yang terkenal sebagai "Dies Natalis Solis Invicti" (Ulang Tahun dari Sang Matahari yang tak terkalahkan). Tradisi Saturnalia ini dimulai pada tanggal 17 Desember sampai tanggal 24 Desember setiap tahun, dimaksudkan untuk memuja dewa saturnus, ritualnya adalah mereka melaksanakan pesta, dimana rakyat berkumpul bersama di suatu tempat yang telah di hiasi dengan bunga, hadiah atau kado, juga lilin, pesta berlanjut sampai pada dua hari terakhir, tanggal 23 dan 24 desember, biasanya di lanjutkan dengan berkunjung dari rumah ke rumah untuk saling bertukar hadiah. Gambaran jelas tentang ritual bangsa romawi kuno ini, di ketahui dari puisi karangan penyair lucian dari samosata yang hidup sekitar tahun 120- 180 SM, dia menulis tentang suasana dari perayaan Saturnalia, bahwa seminggu, tidak ada aktivitas (libur), waktunya untuk minum sampai mabuk, waktu itu judi diperbolehkan, dalam suasana yang benar- benar meriah, budak dan tuan sama sekali tidak ada jarak, karena budak- budak tersebut dibebaskan selama perayaan saturnalia. Bangsa Romawi kuno percaya bahwa pada masa itu (musim dingin), matahari akan mati, tetapi dia akan bangkit kembali. Dalam mitologi Bangsa Romawi Kuno, Saturnus adalah anak dari Uranus, sedangkan dalam mitologi Yunani, Saturnus dikenal sebagai Kronos. Kronos atau Saturnus ini selalu digambarkan sebagai pria tua bungkuk dengan sabit di sisi nya, dalam beberapa gambaran tentang kronos, di temukan bahwa kronos erat kaitannya dengan pengorbanan anak- anak. Kronos atau Saturnus suka memakan anak- anak.
Referensi :
Natal dan Tradisi
Memulai sejarah Natal dalam postingan ini, saya ingin kita membedakan dengan jelas, cerita Natal sesuai dengan Firman Tuhan (Alkitab) dan tradisi yang menyertainya seperti yang kita kenal selama ini. Untuk lebih jelasnya saya akan mencoba membagi atau mengkategorikan dua hal yang menurut saya benar- benar berbeda ini, Esensi Natal menurut Kekristenan adalah kisah kelahiran Yesus yang terpaksa harus tinggal dalam kandang yang hina (karena tidak ada tempat, semua penginapan telah penuh), di baringkan di atas palungan, gembala- gembala di padang yang terbangun, karena langit terbuka saat Malaikat mengabarkan kabar kelahiran tersebut, dan 3 orang majus yang datang ke kandang untuk membawa persembahan berupa mas, kemenyan dan mur, hal ini berbeda dengan tradisi natal seperti santa claus, pohon natal, tukar kado, makanan yang enak, liburan dan reuni keluarga. Selalu ada perbedaan antara tradisi dan makna sesungguhnya yang harus kita yakini. Menurut Peter Salemi dari British Israel Church Of God (BICOG) Tradisi Natal itu sebenarnya bukan sesuatu ritual yang di kenal dalam kekristenan ataupun Gereja, karena tidak tertulis di dalam Alkitab. Pertanyaannya, kalau memang ritual Natal ini tidak di kenal dalam ritual atau tradisi Gereja, kira- kira dari mana tradisi Natal ini berasal? Kekristenan memiliki keterkaitan yang erat dengan bangsa Yahudi. Kisah- kisah Alkitab semuanya mengetengahkan tokoh- tokoh Yahudi, bahkan Yesus sendiri pun lahir dari bangsa Yahudi. Mengetahui budaya yahudi dan budaya bangsa- bangsa lain yang turut berkontribusi dalam pembentukan budaya dan tradisi bangsa yahudi mungkin merupakan cara simpel untuk mencoba mengetahui darimana tradisi- tradisi ini berasal. Sebelumya kita akan coba melihat, bagaimana tradisi- tradisi yang di lakukan oleh masyarakat dalam menyongsong dan memperingati Hari Natal.
Tradisi Natal di Amerika
Di Amerika juga di kenal tradisi- tradisi seperti mendekorasi rumah dan pohon Natal, juga tradisi seperti tukar-menukar kado, berkunjung ke rumah kolega atau sahabat, saat Natal. Natal di peringati tanggal 25 Desember yang sudah di jadikan sebagai Hari Libur Nasional sejak tahun 1870, tetapi sebelum itu liburan telah di mulai sejak akhir bulan Nopember, saat musim dingin. Perayaan Natal di Amerika di rayakan juga bersama hari- hari lain yang di mulai sejak akhir Nopember, seperti Black Friday yaitu hari berbelanja yang di mulai pada minggu ke- empat (hari kamis) di bulan nopember untuk menandai di mulainya musim berbelanja bagi penduduk Amerika. Black Friday biasanya di laksanakan setelah Hari Thanksgiving. Di tahun 2013 konsumen yang berbelanja pada hari black friday berjumlah sekitar 141 juta orang dan menghasilkan sekitar 57,4 Milyar US Dollar. Black Friday pertama kali di kenal di Philladelphia. Urutannya, Setelah Parade Santa Claus, di lanjutkan dengan Hari Thanksgiving, setelah itu baru Black Friday untuk mengawali musim berbelanja menjelang Natal di Amerika.
Tradisi Natal di Jerman
Di Jerman seperti wilayah Eropa lainnya, perayaan Natal di mulai pada tanggal 6 Desember, yaitu hari Santo Nicholas (Saint Nicholas Day). Tradisi seperti memasukan hadiah berupa coklat dan lain sebagainya ke sepatu anak- anak, merupakan tradisi yang selalu di lakukan di Jerman. Santa Claus di Jerman di kenal dengan nama Weihnachtsmann (Christmas Man) yang biasanya datang bersama partnernya Knecht Ruprecht, yang berfungsi sebagai pelayan Christmas Man, dengan peran antagonis, artinya kalau Wiehnachtsmann memberikan kado atau hadiah pada anak- anak, Knecht Ruprecht justru hadir untuk memberikan hukuman kalau anak- anak ini melakukan hal- hal yang salah (mirip Zwarte Piet atau Black Pieter di Belanda). Jerman juga mengenal tradisi tukar- menukar kado yang dikenal dengan istilah Bescherung, yang biasanya di laksanakan saat Christmas Eve (momen sebelum Natal atau sehari sebelum Natal) Tanggal 24 Desember. Tetapi hal ini kemudian di tentang oleh Marthen Luther setelah terjadi Reformasi Gereja. Menurut Marthen Luther Natal adalah hari kelahiran Yesus, sehingga seharusnya yang lebih di tonjolkan adalah kelahiran dari Yesus itu sendiri, bukan lagi Weihnachtsmann sebagai pemberi hadiah. Di jerman juga mengenal tradisi menghias rumah, bahkan cerita tentang asal mula Pohon Natal berasal dari cerita rakyat atau mite yang berkembang di Jerman.
Tradisi Natal di Belanda.
Di Belanda, tradisi Natal di mulai dari tanggal 6 Desember, Hari Ultahnya Sinterklaas, yang menurut ceritanya adalah seorang uskup berdomisili di Spanyol dan akan ke Belanda dengan menggunakan perahu atau kapal bersama pembantunya yang diantaranya adalah Zwarte Piet dengan peran sebagai punisher yang bertugas menghukum anak- anak yang berkelakuan kurang baik. Di Belanda juga di kenal tradisi memasukkan hadiah kedalam sepatu anak- anak, berkumpul bersama keluarga, mendekorasi rumah dan pohon Natal, dengan ritual penyambutan Sinterklaas yang di sertai nyanyian dan suasana yang meriah saat penyambutan Sinterklaas di dermaga oleh mayoritas warga di sana. Belanda juga merayakan Saint Nicholas Eve atau Sinterklaas Eve, yaitu momen sehari sebelum tanggal 6 Desember (tanggal 5 sore) dengan berkumpul bersama keluarga, menikmati makanan yang lezat dan spesial bersama. Perayaan Natal tetap di laksanakan pada tanggal 25 Desember, tetapi di Belanda mengenal adanya second Christmas Day, yaitu ibadah di Gereja pada Natal Hari ke-dua.
Dari ketiga contoh tradisi Natal tersebut, kita bisa melihat beberapa kesamaan, di antaranya, dekorasi rumah dan pohon natal, tukar menukar hadiah, berkumpul bersama keluarga dan suasana kemeriahan yang ada bersama tradisi Natal tersebut.
Natal dan Tradisi Saturnalia
Sudah di sampaikan pada bagian awal postingan ini bahwa, kita harus melihat makna dan kisah Natal seperti yang di tulis dalam Alkitab, sebagai sesuatu hal yang benar- benar berbeda dari tradisi- tradisi yang berlaku saat dilaksanakannya Natal. BBC London dalam salah satu artikelnya "Did Roman Invent Christmas?" bahkan mengaitkan Tradisi dalam Perayaan Natal seperti yang di kenal di berbagai negara Eropa dan Amerika dengan perayaan Saturnalia. Matt Salusbury pun berpendapat demikian, bahwa tradisi yang menyertai hari natal, seperti berbuat baik kepada orang miskin, dengan tindakan menyediakan makanan dan minuman di rumah, tindakan tukar- menukar hadiah, dan mendekorasi rumah serta pohon, semua adalah tradisi yang di kenal dalam perayaan saturnalia. Pelaksanaan Saturnalia di Roma di mulai kira- kira 300 tahun setelah Kebangkitan Yesus, tepat pada masa pemerintahan Kaisar Aurelius pada tahun 274 SM, dengan ritual pagannya yang terkenal sebagai "Dies Natalis Solis Invicti" (Ulang Tahun dari Sang Matahari yang tak terkalahkan). Tradisi Saturnalia ini dimulai pada tanggal 17 Desember sampai tanggal 24 Desember setiap tahun, dimaksudkan untuk memuja dewa saturnus, ritualnya adalah mereka melaksanakan pesta, dimana rakyat berkumpul bersama di suatu tempat yang telah di hiasi dengan bunga, hadiah atau kado, juga lilin, pesta berlanjut sampai pada dua hari terakhir, tanggal 23 dan 24 desember, biasanya di lanjutkan dengan berkunjung dari rumah ke rumah untuk saling bertukar hadiah. Gambaran jelas tentang ritual bangsa romawi kuno ini, di ketahui dari puisi karangan penyair lucian dari samosata yang hidup sekitar tahun 120- 180 SM, dia menulis tentang suasana dari perayaan Saturnalia, bahwa seminggu, tidak ada aktivitas (libur), waktunya untuk minum sampai mabuk, waktu itu judi diperbolehkan, dalam suasana yang benar- benar meriah, budak dan tuan sama sekali tidak ada jarak, karena budak- budak tersebut dibebaskan selama perayaan saturnalia. Bangsa Romawi kuno percaya bahwa pada masa itu (musim dingin), matahari akan mati, tetapi dia akan bangkit kembali. Dalam mitologi Bangsa Romawi Kuno, Saturnus adalah anak dari Uranus, sedangkan dalam mitologi Yunani, Saturnus dikenal sebagai Kronos. Kronos atau Saturnus ini selalu digambarkan sebagai pria tua bungkuk dengan sabit di sisi nya, dalam beberapa gambaran tentang kronos, di temukan bahwa kronos erat kaitannya dengan pengorbanan anak- anak. Kronos atau Saturnus suka memakan anak- anak.
gambar Saturnus atau Kronos
Setelah Aurelius, kekaisaran romawi di perintah oleh Constantinus, pada masa itu lah tercatat penulis Kristen mulai melakukan asimilasi antara kebudayaan romawi kuno, khususnya kelahiran atau ulang tahun matahari (saturnalia) dan kelahiran Yesus, dan mengaitkannya dengan nubuatan Perjanjian Lama di Kitab Meliakhi 4 : 2 "Tetapi bagi kamu yang taat kepada-Ku, kuasa-Ku yang menyelamatkan akan terbit laksana matahari, dan sinarnya membawa penyembuhan. Kamu akan bebas dan gembira seperti anak sapi yang baru dikeluarkan dari kandang". Kaisar Constantinus adalah salah satu Kaisar Romawi yang memeluk Agama Kristen , berbeda dengan para pendahulunya, itu sebabnya kenapa Agama Kristen berkembang di masa pemerintahannya, Agama Kristen harus bisa beradaptasi dengan Kepercayaan leluhur yang telah lama berkembang dan lebih dulu di kenal sebagai tradisi secara turun temurun di Roma. Dari proses Asimilasi inilah yang kemudian di jadikan patokan bagi Gereja, khususnya Gereja Katolik sebagai Gereja yang tertua dalam penentuan tanggal perayaan Natal yang di tetapkan tanggal 25 Desember. Menutup postingan ini saya mau menyampaikan Selamat memasuki bulan desember, semoga kita semua mampu membedakan mana yang tradisi, dan mana kabar sukacita tentang kelahiran Yesus yang patut kita imani dan peringati....SALAMReferensi :
- When was Jesus born? http://www.simpletoremember.com/vitals/Christmas_TheRealStory.htm
- The True Origin of Christmas http://realtruth.org/articles/169-ttooc.html
- The 1st Recorded Celebration of Christmas http://www.christianity.com/church/church-history/timeline/301-600/the-1st-recorded-celebration-of-christmas-11629658.html
- Why December 25?http://www.orlutheran.com/html/chrorig.html
- Jews in Roman Time http://www.pbs.org/empires/romans/empire/jews.html
- wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar