Selasa, 04 November 2014

Sistem Pendidikan di Finlandia

Education is still the key......eventough we have...affirmative action (Late Lucky Dube, Reggae Singer, producer, and my hero)

                Finlandia adalah salah satu negara di Eropa Utara, yang sebelumnya menjadi bagian dari kerajaan swedia selama hampir 600 tahun, setelah itu Finlandia kembali di jajah oleh Rusia selama 100 tahun, setelah akhirnya merdeka di tahun 1915. Dengan luas wilayah 304,000 km2, Finlandia di huni oleh sekitar 5.33 juta penduduk, dengan income percapita GDP (PPP) per capita $ 33,556. Potensi Finlandia, terbesar ada di sektor Kehutanan dan Industri Informasi, Komunikasi dan Teknologi, Nokia sebuah perusahaan yang dulunya memproduksi bahan- bahan perlengkapan perang rusia dan kemudian menjadi raksasa bisnis komunikasi berbasis di Finlandia, dan merupakan brand dan salah satu kebanggaan dari negara itu.
              Sistem pendidikan Finlandia adalah yang terbaik di dunia. Rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD dan di dunia dalam membaca, matematika, dan sains dicapai para siswa Finlandia dalam tes PISA.  Amerika Serikat dan Eropa, seluruh dunia gempar. Untuk tiap bayi yang lahir kepada keluarganya diberi maternity package yang berisi 3 buku bacaan untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD adalah tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90% pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum anak masuk SD  (7 tahun).
              Reformasi pendidikan di Finlandia, di mulai sejak tahun 1970, kesadaran yang muncul pada waktu itu adalah, apabila kita ingin meningkatkan kualitas pendidikan, yang perlu di lakukan adalah menetapkan standar yang tinggi terhadap guru- guru. Guru- guru perlu di tingkatkan kemampuannya terlebih dahulu, lewat pendidikan. Pertengahan Tahun 1970, ketika sistem pemerintahan masih bersifat sentralistik, selain semua guru di wajibkan meningkatkan kompetensi dengan bersekolah, pemerintah Finlandia juga , memberlakukan sistem kurikulum yang terpusat, semua sekolah- sekolah di finlandia harus mengikuti kurikulum yang di buat oleh pemerintah pusat. Perubahan kebijakan tentang sentralisasi kurikulum baru berakhir di tahun 1985, dimana saat itu Pemerintah Finlandia, memberikan kebebasan kepada pemerintah lokal (kotamadya) untuk menyusun kurikulumnya sendiri, berdasarkan standar yang sudah di tetapkan oleh pemerintah pusat. Seiring dengan Otonomi yang di berikan dalam sistem pemerintahan di Finlandia, dari pihak kota kemudian mendelegasikan mandat penyusunan kurikulum ke masing- masing sekolah. 
                Newsweek (Terbitan Agustus 2010) salah satu majalah terkenal di Amerika memilih sistem pendidikan di Finlandia, sebagai sistem pendidikan terbaik di dunia. Alasan pemilihan Finlandia menjadi negara terbaik bagi sistem pendidikan dasar di dunia adalah karena “Finland's schoolkids enjoy a laid-back and inclusive learning environment where shoes are optional, all teachers have master's degrees, and extra help is the norm: every year about one in three students gets individual time with a tutor” (Newsweek). Anak usia sekolah di beri kebebasan, dan semua tenaga guru di pendidikan dasar di Finlandia bergelar master (S2), saya pun beranalogi, kalau tenaga pengajar, misalnya guru TK bergelar master, sudah pasti mereka punya basic pengetahuan yang lengkap (they know how to thread the kids) . Di tambah lagi dengan suasana belajar yang tidak mengekang anak, justru sangat membantu anak- anak dalam berkreasi, persis seperti pernyataan alberth einstein “imagination better than knnowledge”. Anak- anak bukan belajar untuk menghafal, tetapi mereka di ajarkan untuk mengerti. Kadang- kadang saya menertawakan diri sendiri, teringat masa kecil, saya tidak bisa perkalian, bukan di ajar untuk mengerti, karena takut gurunya, guru tidak mempunyai kesabaran atau mungkin juga tidak mengetahui caranya untuk membuat anak mengerti, karena terikat dengan Kurikulum, anak- anak dipaksa untuk segera mengerti, tapi dengan cara yang salah (menghafal) dan sayapun ingat skali lagi pernyataan einstein “ Logic will take you from A to B, but imagination will take you everywhere”. Pendidikan Dasar di Finlandia, dari kelas 1-9, perbandingannya dengan di Indonesia, murid kelas 1- 6 SD, tidak perlu melanjutkan ke SMP, tetap melanjutkan sampai ke kelas 9. Pendidikan Dasar di Finlandia. Lalu bagaimana dengan kebijakan pendidikan Indonesia jika dibandingkan dengan Finlandia?
  1. Kita masih asyik memborbardir siswa dengan sekian banyak tes (ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional). Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT.
  2. Kita masih getol menerapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.
  3. Kita masih berpikir bahwa PR amat penting untuk membiasakan siswa disiplin belajar. Bahkan, di sekolah tertentu, tiada hari tanpa PR. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.
  4. Kita masih pusing meningkatkan kualifikasi guru SD agar setara dengan S1, di Finlandia semua guru harus tamatan S2.
  5. Kita masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru.
  6. Kita masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
  7. Hanya segelintir guru di tanah air yang membuat proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Terbanyak guru masih getol mengajar satu arah dengan metode ceramah amat dominan. Sedangkan, di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar.
  8. Kebijakan Publik terkait pelaksanaan Pendidikan di Finlandia memberikan pelajaran kepada kita, bahwa Otonomi dalam bidang pendidikan, perlu untuk di laksanakan, setelah peningkatan kompetensi guru, tanpa peningkatan kompetensi guru, mustahil kita akan membentuk generasi yang siap menghadapai tantangan di masa depan







Link Terkait :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar